Kemajuan
teknologi yang semakin pesat tidak selalu bernilai positif bagi setiap pihak.
Seperti buruh tani di Desa Sausu Kec Sausu Kab Parimo Sulawesi Tengah
yang justru merasa dirugikan. Semenjak petani menggunakan mesin pemotong padi
dan perontok gabah, pemilik lahan tidak lagi menggunakan tenaga manusia
untuk memotong padi.
Berikut
alasan petani lebih memilih menggunakan mesin:
- Menggunakan mesin efektif lebih
cepat
Menggunakan mesin pemotong padi
dianggap lebih efektif dalam proses pemotongan padi. Dimana pemotongan padi
pada 1 hektar sawah yang dikerjakan dengan tenaga buruh dapat terselesaikan
kurang lebih tiga hari namun dengan menggunakan mesin dapat terselesaikan tidak
sampai sehari. Jadi, pemilik lahan memiliki banyak waktu luang.
- Upah untuk pemilik mesin murah
Proses pengupahan kepada pemilik
mesin pemotong padi pun dikatakan lebih murah dibandingkan harus membayar upah
tenaga buruh. Pada pemilik mesin, petani hanya memberikan satu karung padi
setiap menghasilkan 20 karung padi atau 19:1.
Sedangkan pada buruh tani, setiap
menghasilkan 10 karung padi, pemilik lahan harus memberikan satu karung padi
kepada buruh. Atau sama dengan 9:1
- Pemilik lahan tidak membayar buruh
Biasanya pemilik mesin menggunakan
tenaga kerja untuk operator mesin dan mengurusi gabah sampai 7 orang. 6 orang
untuk mengurusi gabah diupahi Rp3,000/karung. Rumusnya: 3,000 X banyaknya gabah : 6 orang. Sedangkan 1 orang
lainnya yang mengoperasikan mesin, upahnya bisa lebih besar dari itu
karena tidak perlu dibagi-bagi seperti tenaga pengolah gabah.
Semua upah ini dibebankan kepada
pemilik mesin atau pihak yang mengontrak mesin, bukan pemilik lahan. Karena
kerja mesin sangat cepat, maka banyak lahan-lahan petani yang bisa dikerjakan.
Banyak lahan, banyak padi dalam karung.
Perharinya, mesin bisa menghasilkan
padi sampai ratusan karung dari lahan yang berbeda-beda. Paling banyak 200 - 300 karung jika cuaca terang, ini dari 3
Ha lahan, karena upah pemilk mesin adalah 1 karung padi setiap menghasilkan 20
karung padi. Maka, 300 : 20 = 15 karung.
Jika diolah, padi 15 karung ini bisa menghasilkan 450 kg beras. Sekarang harga
beras di pasar Rp 10,000. 450 kg X Rp 10,000 = Rp 4, 500,000 keuntungan pemilik
mesin.
Hasil tersebut digunakan untuk membayar tenaga
pengolah padi Rp150,000/orang X 6= Rp 900,000
(lihat rumus), biaya operator mesin Rp 1,500/karung X 300 karung = Rp 450,000, biaya petunjuk untuk
mencari areal Rp100,000/Ha X 3 Ha = Rp 300,000, solar paling banyak 50 liter/3Ha X Rp5,650 = Rp282,500. Dijumlah, maka pembiayaan
sebesar Rp1,932,500.
Jadi, penghasilan –
pembiayaan = Rp 4,500,000 – Rp 1,932, 500 = Rp 2, 567, 500, inilah keuntungan
pemilik mesin perharinya apabila upah berupa padi tersebut dijual semuanya.
Pertimbangan
lebih cepat dan hemat seperti ini mengakibatkan tenaga buruh tani banyak yang
tidak dibutuhkan lagi. Mengingat mata pencarian masyarakat Sausu sebagian besar
adalah buruh tani, maka konsekuensinya adalah kehilangan pekerjaan. Sedangkan pemilik
mesin semakin kaya.
Walaupun
begitu, mesin pemotong padi ini kadang tidak digunakan apabila cuaca tidak
baik. Menurut keterangan petani, jmesin pemotong padi tidak digunakan pada saat
cuaca buruk seperti musim hujan karena kondisi bulir padi yang basah
mengakibatkan padi tercecer di lahan.
“banyak padi
yang masih tersisa dilahan,” ujar Kardu
0 komentar:
Posting Komentar